Jumat, 22 Maret 2013

ANTARA KITA




Lantunan musik memenuhi salah satu kamar dirumah itu,seorang gadis sedang asik-asiknya menulis diatas ranjangnya. Ia tampak begitu bersemangat memainkan jemarinya dengan sebuah pensil yang ia genggam. Sesekali tampak senyuman tersungging dari bibirnya,dan sesekali juga matanya menerawang ingatannya.
“Hah,akhirnya selesai juga puisi ini,hmm kira-kira dia lagi ngapain yah,hahaha” gadis itu tertawa kecil membayangkan sosok yang tengah ia kagumi. Kakak kelasnya sendiri yang sudah lama disukainya semenjak ia terdaftar disekolah yang menjadi tempat belajarnya kini.
Pagi harinya Zahra gadis berjilbab itu tengah bersiap menuju sekolahnya,seragam putih abu-abunya telah melekat rapi ditubuh gadis itu dan duduk dihadapan meja makan bersama kedua orangtuanya dan kakak lelakinya.
“Pagi ma,pagi pa …”sapa gadis itu ramah.
“Pagi juga sayang,bangun jam berapa tadi? Sholat subuh nggak?”
“Sholat dong ma,Zahra gitu loh,gak kayak Kak Malik tuh,bangunnya telat mulu”
“Yee enak aja,kakak udah sholat tau,negative thinking mulu sih sama kakak”
“Heee,sudah-sudah kok malah berantem sih,udah Zahra abisin dulu tuh susunya,ntar keburu dingin lagi” sanggah mama.
Dengan cepat susu itu ditenggak habis oleh gadis itu,ia merasa sedikit kesiangan hari ini,maka sesegera mungkin ia berangkat kesekolah bersama kakak lelakinya dengan motor yang biasa dibawa kakaknya tersebut.
“Hai Zahra,udah siap PR Biologi yang kemaren?”
“Oh iya,lupa … haduh gimana ya,ya udah deh ntar aku ke perpus dulu buat tugasnya”
“Kamu ini kalo PR Biologi selalu lupa coba giliran PR Bahasa Indonesia,pasti dikerjain terus”
“Hehehe … ya udah aku mau ikutan sholat Dhuha berjamaah dulu ya,ntar kita ketemu diperpus aja,okey?”
“Iya deh terserah kamu aja”
Zahra segera pergi meninggalkan temannya itu,ia berjalan kearah mushola dan setelah siap mengikuti sholat berjamaah,ia segera ke perpustakaan yang juga berada didekat mushola. Ia duduk dimeja paling ujung,masih sepi sekali suasana diruangan itu,mungkin karena sebagian murid sedang belajar didalam kelas,dan hanya dialah satu-satunya murid yang sedang asik membolak-balikkan lembaran buku ditangannya. Tak lama kemudian muncul seorang lelaki yang juga duduk dimeja paling ujung dihadapan gadis itu.
“Zahra …”
Gadis itu tersentak kaget,ia awalnya tak meyadari kehadiran lelaki dihadapannya.
“Eh Kak Iqbal,ada apa kak?”
“Enggak kok,cuma pengen ikutan baca buku aja,boleh kan?”
“Emm boleh dong,kan gak ada larangan membaca buku didalam perpustakaan kak”
“Hehehe,kamu bisa aja,oh iya ntar sore kita latihan upacara ya buat upacara sumpah pemuda senin besok”
“Oh iya kak,emangnya Zahra dapat tugas jadi apa?”
“Kamu bisa kan jadi protokol?”
“Oh bisa kak bisa,tapi ntar Zahra agak telat ya,soalnya hari ini Zahra banyak tugas kak”
“Iya nggak apa-apa”
Gadis itu masih terus berbincang-bincang dengan teman bicaranya itu,sampai pelajaran pertama habis,temannya yang sudah berjanji akan menyusulnya keperputakaan tak kunjung datang,dan akhirnya mereka berdua keluar menuju kelas masing-masing.
Sore itu sebuah buku susunan acara telah tergenggam ditangan Zahra,berkali-kali ia melafalkan susunan kalimat-kalimat yang dibacanya.
“Zahra,gimana bisa kan?” sapa Kak Iqbal.
“Iya kak bisa kok”
“Bagus deh kalo gitu,ya udah sekarang kamu istirahat aja dulu,panas banget loh”
“Iya kak makasih”
Tanpa disadari Zahra sepasang mata terus memperhatikannya dari tadi,sepasang mata yang sendu,terlihat begitu sedih ketika menyaksikan kedekatan Zahra dan Iqbal. Wajahnya tampak begitu pucat,lemah sekali. Lalu pemilik mata itu datang menghampiri Zahra yang sedang beristirahat dipinggiran lapangan.
“Kamu Zahra ya?”
“Iya kak,kenapa?”
“Kenalin nama aku Rahma,aku kakak kelas kamu”
“Oh iya kak,salam kenal aja yah,duduk kak sini sama Zahra”
“Iya makasih dek,emm kakak boleh nanya sesuatu gak sama kamu”
“Boleh kak,mau nanya apa?”
“Kamu punya hubungan apa sama Kak Iqbal?”
“Kak Iqbal? Gak ada apa-apa kok kak,kami cuma deket aja,emangnya kenapa kak?”
“Kakak mau ngomong sama kamu,nanti setelah latihan upacara kamu bisa ikut kakak?”
“Bisa sih kak,tapi kita mau kemana?”
“Kita ngomongnya di kafe depan sekolah aja ya ntar”
“E … iya kak”
Lalu pemilik mata sendu itu menghilang dibalik tembok penghalang lapangan,Zahra masih bingung dengan apa yang baru ia alami tadi,rasanya ada sesuatu yang aneh,ditambah lagi kepalanya yang sudah mulai sedikit pusing,ia baru ingat bahwa dari tadi pagi belum ada sebutir nasi pun yang masuk kedalam perutnya,hanya segelas susu tadi pagi yang mengisi kekosongan perutnya. Dari kejuhan Kak Iqbal berkali-kali memanggil Zahra untuk segera melanjutkan latihan upacara sore itu. Perlahan gadis itu melangkahkan kakinya,namun yang ada dimatanya hanya bayang-bayang hitam putih seperti televisi rusak. Dan akhirnya tubuh gadis itu ambruk ketanah,Kak Iqbal yang melihat kejadian itu segera berlari meraih tubuh Zahra dan mengangkatnya menuju salah satu ruang kelas. Wajah lelaki itu tampak cemas sekali,berkali-kali ia berusaha membuat Zahra bangun dengan minyak kayu putih ditangannya. Dan akhirnya Zahra siuman,Kak Iqbal langsung memeluk tubuh gadis itu,seakan takut sekali kehilangan orang dipelukannya itu.
“Zahra,kamu kenapa?” tanyanya cemas.
Gadis itu masih diam,ia tak menyangka orang yang selama ini disukainya begitu perhatian padanya,baru kali ini ia merasa sangat bahagia,hampir saja ia menangis haru,tapi ia berusaha untuk tetap tersenyum.
“Zahra nggak apa-apa kok kak,cuma pusing dikit aja”
“Tapi wajah kamu pucat banget,kamu udah makan belum? Pasti kamu belum sarapan kan tadi pagi”
“Udah kok kak,minum susu”
“Ya ampun,ya udah deh kakak beliin makanan dulu,Tasya,tolong jagain Zahra sebentar ya” pinta Kak Iqbal pada salah satu teman gadis itu.
“Iya kak,aman deh kalo sama Tasya”
Ia langsung pergi secepat mungkin menghilang kearah warung makanan disebrang sekolah gadis itu.
“Cie Zahra,so sweet banget sih sama Kak Iqbal,jadi iri deh … liat gak sih tadi itu dia cemas banget,sampe lari-lari gitu demi kamu”
“Ah apaan sih Sya,biasa aja kali lagian kan katanya dia juga udah punya pacar”
“Pacar? Masak sih? Yah jadi gak ada kesempatan deh buat kamu”
“Hahaha … aku cuma nganggap dia kakak aku aja kok,aku udah biasa diginiin sama dia,sebenarnya sih aku memang juga suka sama dia,tapi ya gimana dia kan udah punya pacar,aku nih gak sebanding lah sama orang yang mengisi hati dia sekarang”
“Oh gitu,yah sayang banget kalo aku liat kalian itu cocok,sama-sama pinter sama-sama sholeh,pokoknya banyak banget deh yang sama dari diri kalian”
“Ah Tasya bisa aja,udah deh gak usah ngomongin dia,tuh orangnya udah muncul” ucap gadis itu melirik Kak Iqbal diikuti dengan Tasya yang juga ikut mngalihkan pandangannya ke sosok lelaki itu.
“Zahra,ini makanannya dimakan dulu ya,biar kakak suapin”
“Ah gak usah kak,Zahra bisa sendiri kok”
“Udah gak apa-apa,abis ini kita langsung pulang aja,nanti biar kakak anterin kamu”
“Tapi …”
“Ah udah lah gak usah pake tapi-tapian”
***
Malam itu menjadi malam dimana Zahra mencurahkan segala isi hatinya pada sebuah buku yang menjadi temannya selama ini,semua tentang apa yang dialaminya hari ini dituliskannya pada buku itu. Jujur saja semenjak kenal dengan Kak Iqbal,banyak sekali perubahan yang ia alami,yang dulunya ia biasa saja tanpa ada prestasi,tanpa ada tujuan untuk masa depan,kini semuanya telah ia raih. Ia sudah berhasil menjadi salah satu penyanyi dikota itu,dengan gitar kesayangannya,entah kenapa hal itu bisa dicapainya karena ia terdorong untuk maju karena ingin membuktikan pada Kak Iqbal bahwa dia bisa. Kak Iqbal banyak sekali membawa dampak positif untuk Zahra,tapi disisi lain ia sering tersakiti dengan apa yang dilakukan Kak Iqbal kepada dirinya. Ia tahu Kak Iqbal sudah memiliki pacar,tapi Kak Iqbal begitu perhatian padanya,sehingga terkesan memberikan harapan palsu,tapi ia hanya bisa mengikuti alur yang diberikan Kak Iqbal,entahlah apa yang akan terjadi dikeesokan harinya. Ditengah asiknya ia menulis,sebuah pesan masuk muncul dilayar ponselnya.
08199122xxx
Sat.01.03.2013 19:14
Malam dek,katanya tadi mau ketemu sama kakak,tapi kok kamu gak datang?
“Loh siapa ya ini” batin Zahra.
Maaf ini siapa ya?
08199122xxx
Sat.01.03.2013 19:16
Ini kak Rahma dek,yang tadi kenalan sama kamu.

Aduh .. maaf kak,tadi Zahra pingsan disekolah jadi Zahra langsung pulang,gini aja deh besok kita ketemu dikantin aja ya kak,Zahra tunggu pas jam istirahat.

Setelah ia kirim pesan itu,ia kembali menulis dibuku kesayangannya,sampai malam makin larut dengan hiasan bintang dilangit yang menghitam. Dan akhirnya gadis itu tertidur diatas lembaran kertas yang bernoda tinta dari curahan hatinya itu.
Kriiiinnngg … bel sudah berbunyi,jam istirahat yang ia tunggu sejak tadi karena penasaran dengan apa yang akan Kak Rahma bicarakan dengannya,setelah guru keluar dari kelasnya ia segera ikut keluar menuju kantin. Disalah satu meja,Kak Rahma telah menunggu,kemabali wajah sendu yang ia lihat.
“Siang kak” sapa Zahra ramah.
“Hei Zahra,siang juga … duduk”
“Jadi kakak mau ngomong apa?”
“Kakak langsung aja ya Zahra,kakak mau sedikit cerita. Dulu waktu kakak baru masuk disekolah ini,saat MOS diadakan kakak pernah ditolong sama seorang cowok,dia baik banget sama kakak,waktu kakak dikerjain sama kakak kelas dia ngebelain kakak,dan akhirnya kami jadi dekat. Karna kedekatan itu kakak jadi suka sama dia,padahal kami sudah sahabatan,dia sering curhat sama kakak tentang pacarnya dan hal itu membuat kakak sedih,sudah hampir dua tahun kakak menunggu dia dek,tiap hari kakak selalu mikirin dia,sampai kakak pernah sakit gara-gara dia. Kakak bener-bener sayang sama dia dek. Dia orang pertama yang bisa bikin kakak jatuh cinta. Tapi tanpa dia sadari,dia udah sering banget nyakitin kakak,dan kemarin kakak denger dia baru putus sama pacarnya,mungkin ini kesempatan buat kakak,tapi kakak merasa ada orang lain yang yang lebih pantas untuk dia,yaitu kamu”
“Hah? Maksud kakak apa? Zahra nggak ngerti”
“Maksud kakak,cowok itu adalah Kak Iqbal yang sekarang dekat sama kamu”
“Jadi kakak suka sama dia??”
“Iya dek,tapi kakak tau kok kamu juga suka sama dia,kakak cuma gak pengen kamu ngerasain apa yang kakak pernah rasain ke dia,maksud kakak,kakak gak mau kamu disakitin juga”
“Zahra masih gak ngerti kak,tapi kalo memang kakak gak suka ngeliat Zahra deket sama Kak Iqbal,Zahra bisa kok jauhin Kak Iqbal”
“Bukan gitu dek maksud kakak,kakak cuma mau ngelindungin kamu”
“Ya udah lah ya kak,Zahra masih banyak tugas,Zahra duluan ya”
Tanpa sempat menjawab pamit Zahra,Rahma masih terdiam,ia masih memikirkan apa yang baru saja ia ucapkan,ia sangat takut akan membuat Zahra tersinggung,padahal niatnya baik.
“Zahra!” panggil Tasya.
“Iya ada apa?”
“Ada sesuatu yang mau aku bicarakan,mengenai Kak Iqbal dan Kak Rahma”
“Apa?”
“Kamu tau,Kak Rahma itu punya penyakit?”
“Penyakit? Penyakit apa?”
“Sebelum Kak Rahma dan Kak Iqbal kenal,Kak Iqbal itu punya kelainan sama salah satu ginjalnya,terus Kak Iqbal sering masuk rumah sakit. Setelah kenal sama Kak Rahma dan Kak Rahma suka sama Kak Iqbal,diam-diam Kak Rahma mendonorkan ginjalnya untuk Kak Iqbal,makanya Kak Rahma sekarang sering sakit-sakitan”
“Hah? Kamu tau dari mana?”
“Kak Rahma itu tetangga aku Ra”
“Ya ampun,aku jahat banget sama dia,aku pergi dulu ya Sya”
“Eh tapi tapi,Zahra tunggu dulu …!”
Zahra memacu langkahnya,menuju kelas Kak Iqbal,dan mengajaknya untuk bicara berdua di taman sekolah.
“Kak ada yang mau Zahra omongin sama kakak”
“Oh sama Ra,kakak juga mau ngomong sesuatu sama kamu”
“Mau ngomong apa?”
“Kamu aja dulu,kamu mau ngomong apa?”
“Ah nggak apa-apa kakak aja duluan”
“Emm,gini sebenarnya selama ini kakak suka sama kamu,gak tau kenapa rasanya kakak nyaman kalo ada didekat kamu,kamu mau nggak jadi orang yang paling dekat sama kakak?
“Maksud kakak jadi pacar kakak gitu?”
“Iya dek”
“Maaf kak,sebelumnya Zahra mau ngomong sama kakak,ini semua menyangkut Kak Rahma,masih ada orang yang lebih membutuhkan kakak dibanding Zahra,dia adalah orang yang mendonorkan ginjalnya demi kakak,dia tulus sama kakak,dan sekarang dia udah sakit-sakitan,jangan kecewakan dia kak”
“Maksud kamu apa dek?”
“Kak Rahma lebih tulus kak,selama ini kakak selalu curhat ke dia selalu dekat sama dia,karna itu dia jadi sayang sama kakak,Insyaallah dia yang terbaik kak dan dialah orang yang mendonorkan ginjalnya untuk kakak”
“Jadi kakak harus gimana dek? Kakak suka sama kamu”
“Maaf kak,sekali lagi Zahra bilang Kak Rahma lebih membutuhkan kakak,Zahra duluan kak”
“Zahra … Zahra tunggu Zahra”
Zahra terus saja melangkahkan kakinya,air matanya tak terbendung lagi,antara menyesal dan lega,ia yakin apa yang ia lakukan ini adalah yang terbaik. Ia memang suka dengan Kak Iqbal,tapi ia yakin sayang tak harus memiliki.

END